CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 29 Desember 2012

Derita Yang Dibawah






Pernahkah setidaknya kalian memikirkan orang-orang yang hidup dibawah garis kemiskinan. Harus berjuang demi sesuap nasi, entah dengan mengemis atau mengamen. Menjual barang bekas dengan mengaih sampah-sampah ditiap tempat sampah, mungkin yang ada dirumah kalian. Mereka juga sama seperti kita, sama-sama manusia yang butuh kehidupan yang layak.


Banyak dari kalian yang menganggap remeh pekerjaan mereka. Padahal tahukan kalian betapa pekerjaan itu sangat penting untuk mereka, mengemis atau mengamen bukanlah peerjaan yang rendah dimata saya. Itu hanya bentuk perjuangan seseorang untuk mempertahankan hidupnya. Semua orang punya hak untuk mempertahankan hidupnya bukan?

Bukan sekedar omongan yang mereka butuhkan, omongan-omongan yang bilangnya kasihan atau mau membantu. Mereka butuh aksi nyata dari kita.

Terkadang hidup terasa tidak adil untuk mereka, Tuhan terasa mengelompokkan umatnya kegolongan dengan hidup menyenangkan atau kegolongan dengan hidup seperti mereka. Namun mereka mencoba untuk menerima semuanya, menjalaninya dengan penuh kesabaran diatas tiap derita dan air mata.

Orang-orang yang harusnya membuat beban mereka terangkat justru menambah beban mereka. Orang-orang itu ya siapa lagi? siapa lagi orang-orang yang patut ditilik ketika mereka bertambah menderita karena masalah korupsi? Uang yang seharusnya untuk mensejahterakan merekapun dimakan oleh tikus-tikus biadab. Mereka bisa apa? hanya bisa diam dengan beribu rasa kecewa atas para orang-orang yang awalnya mereka percayai.

Sekali lagi, Hidup memang pilihan. Bukan berarti mereka yang memilih untuk hidup seperti itu, walaupun ada segelintir yang memilih dan akhirnya menyesal. Tidak bisa kita menghina mereka hanya karena mereka pengemis atau pelacur sekalipun. Bukankah sebenarnya kita tidak punya hak untuk menghakimi sesama kita? Bersyukurlah bila kalian masih mimiliki fasilitas untuk membaca ini diblog saya, karena mereka yang berada dibawah garis kemiskinan tidak bisa membacanya. Bahkan berangan-angan memiliki fasilitas ini saja tidak pernah mereka lakukan.

0 komentar:

Posting Komentar