Aku memang dari awal hanya sendiri. Selama ini hanya memaksakan diri untuk terlihat tak sendiri. Ya.. hanya terlihat, tetapi dalam kenyataan aku sendiri. Bukan berarti aku kuat, sejujurnya aku rapuh untuk melewati semuanya sendiri.
Tetapi apa yang harus
kulakukan? Aku tak ingin berlama-lama dengan orang-orang bertopeng didepanku
atau hanya menginginkanku ketika mereka merasa butuh, lalu menjadikanku bahan
tertawaan setelahnya.
Kenapa terlalu banyak
orang berlagak bijak yang ada disekelilingku? Berlagak perduli namun terlalu
busuk nyatanya. Dunia ini memang benar-benar sudah busuk, busuk oleh
manusia-manusia berhati busuk.
Buka topeng menjijikkan
kalian! Aku sudah tahu dari awal wajah dibalik topeng-topeng itu. Sungguh menakutkan,
sampai-sampai aku tak berani mempercayai yang aku ketahui ini.
Aku memang terlihat
bahagia, terlihat tak pernah terluka. Namun sejujurnya luka ini sungguh dalam,
menusuk hingga ketulang. Tak ada kesakitan yang dapat melebihi luka ini. Ini adalah
luka kehidupan, luka kesengsaraan, luka kekecewaan.
Setiap tawa yang
terlukiskan diwajahku, bukan karena aku bahagia. Hanya topengku saja, hanya
kedokku didepan kalian. Untuk apa aku menunjukan diriku yang sebenarnya didepan
topeng-topeng kalian? Tidak ada guna sama sekali.
Andai dunia dapat
mendengar suara hati ini, hati yang terluka dan penuh kesepian. Tetapi sekalipun
dunia mendengar, sekali lagi yang akan kudapatkan hanya kata “sabar”. Klise sungguh
klise, semuanya hanya seperti ilusi dipadang imajinasiku sendiri.
Semuanya akan indah pada
waktunya kah? Aku hanya berjuang untuk melewati semuanya. Berjuang untuk
terlepas dari jeratan kesakitan hidup. Berjuang untuk menjauh dari
manusia-manusia dengan hati yang busuk.
Hingga waktu yang telah
ditentukan, hingga aku sudah tak dapat merasakan kesakitan. Bukan karena tak
ada lagi kesakitan untukku, tetapi karena aku sudah mati rasa. Aku akan tetap
berdiri disini,berjuang untuk sebuah kebahagiaan yang entah kapan akan datang
menyapa hidupku. Menyapu setiap luka dihatiku.
0 komentar:
Posting Komentar