CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 10 November 2012

Antara Takdir Cinta dan Kematian







Saat kematian menjadi pilihan terakhir untuk mengakhiri segalanya, mungkin itu lebih baik bagi seseorang bernama Rio yang hidup dalam takdir yang menyakitkan. Atau untuk seseorang bernama Nanda yang hidup dalam kekecewaan.

Mungkin semua seperti takdir, ketika mereka dipertemukan ketika mereka sama-sama ingin mengakhiri hidup mereka masing-masing. Saat itu Rio yang sudah jenuh dengan rentetan masalah dalam keluarganya memutuskan untuk terjun dari  atap sekolahnya. Dan diwaktu yang bersamaan Nanda yang ternyata guru disekolah itu juga ingin mengakhiri hidupnya ditempat yang sama dengan merobek nadinya dengan silet.
Namun saat Nanda tiba diatap gedung sekolah, ia menemukan seorang murid laki-laki yang ternyata adalah salah satu murid dimana ia menjadi wali kelasnya berada diujung atap, saat itu juga Nanda berteriak untuk menghentikan sang murid yang ternyata adalah Rio.


Menyadari dirinya telah diperrgoki wali kelasnya , Rio mengurungkan niatnya lalu berjalan menuju Nanda. “Bu, untuk kali ini saya tidak akan melakukannya, dan ini semua karena ibu” kata Rio sambil menatap tajam dengan sorotan penuh kebencian kepada Nanda. Namun seketika Rio kaget saat ia melihat gurunya itu membawa silet yang tajam ditangannya.

“i.. ibu mau bunuh diri juga? Pasti ibu kesini bukan karena ibu tahu saya akan lompat dari sini kan? Pasti karena ibu mau bunuh diri dengan silet itu” kata Rio sambil mendekatkan wajahnya ke gurunya hingga sang guru harus mengambil langkah kebelakang untuk menghindar dari tatapan Rio.

“apa yang kamu katakan? Sudah jelas-jelas kamu yang mau bunuh diri, sekarang kamu malah nuduh ibu yang macam-macam. Silet ini untuk memotong benang di jaket ibu” bantah Nanda dengan cepat,karena ia ingin cepat-cepat menghindar dari tatapan muridnya itu.

“Nanda Anggraeni Putri. Usia 25 tahun, lulusan terbaik dengan IP 3,95. Yati piatu, dan dirawat sejak kecil oleh neneknya. Gagal menikah tahun kemarin karena calon suaminya direbut oleh sahabatnya sendiri. Jangan tanya bagaimana saya bisa tahu semua itu, ibu sudah tahu kan bahwa saya murid terpintar disekolah ini, jadi tidak ada yang tidak saya tahu” kata Rio sambil semakin mendekatkan dirinya dengan wajah Nanda.

“cih... dasar kamu itu sombong, saya tahu kamu memang pintar, lantas apa hak kamu mengusik masalh pribadi saya? Tahu apa kamu, jangan terlalu sombong. Kamu pikir saya tidak tahu siapa kamu Mario Pratama Putra? Saya tahu keluarga kamu itu sudah broken home, ayah kamu punya istri 3 kan? Dan ibu kamu adalah istri ke tiganya. Selalu dapat tekanan dari kedua istri sebelumnya, dan kamu selalu dipukuli ayah kamu sejak kecil. Jangan tanya kenapa saya bisa tahu. Saya ini wali kelas kamu” semua yang Nanda pendam tiba-tiba meledak saat itu juga, tatapannya menjadi tajam menusuk kearah Rio. Nanda tidak tahan saat Rio mulai menyebutkan mengenai pernikahannya yang batal dan penghianatan sahabatnya itu.

Rio tiba-tiba melemah, tatapannya kosong dan nafasnya seakan terhenti saat itu juga. Bayangan ketika ayahnya memukulinya dan ibunya memenuhi pikiran Rio, bayangan-bayangan kelam yang menyakitkan. Dan saat ia tahu bahwa ayahnya hanya memanfaatkan ibunya untuk mendapatkan saham kakeknya. Saat ia tahu ayahnya begitu kejam seperti monster. Kekayaan yang Rio miliki tak sebanding dengan kehidupannya yang menyedihkan

Rio tersungkur ddan hanya menatap kosong kedepan. Nandapun tersungkur lemah, lalu mulai menangis. Saat itu sudah jam pulang sekolah, hanya ada penjaga sekolah dan mereka disekolah. Lalu rintik hujan mulai membasahi bumi saat itu, menemani satiap tetes air mata Nanda ataupun menemani tatapan kosong penuh rasa sakit Rio.

Merekapun memutuskan untuk menceritakan masalh mereka massing-masing. Mereka sudah tidak bisa saling menutupi masalah mereka. Semuanya sudah tergambar jelas dari reaksi mereka tadi.

“Rio, sebaiknya kita pulang sekarang. Kalau kamu masih mau cerita, kamu bisa menghubungi ibu dinomor ini” kata Nanda sambil memberikan secarik kartu namanya. “Bu, tolong jaga privasi saya ini. Jangan sampai ada orang selain ibu yang tahu masalah ini”, “baik, saya pulang duluan”.
***
Mulai dari hari itu, Rio dan Nanda sering berbincang-bincang dan bertemu diluar jam sekolah. Mereka menjadi dekat dan semakin akrab. Mereka sama-sama tahu hidup mereka satu sama lain. Apa yang dirasakan Rio, nanda mengetahui dengan jelas, begitupun sebaliknya. Hari demi hari semakin membuat perasaan mereka berubah satu sama lain.


Hingga akhirnya saat Rio bermain dirumah Nanda untuk sekedar memberi tahu bahwa ia akan mencoba mengakhiri hidupnya lagi, tak sadar Nanda menangis.

“kenapa nangis? kan ibu sudah tahu kalau saya memang berniat seperti itu”. Nanda hanya dia lalu masuk kedalam kamarnya “Rio, sebaiknya kamu pulang saja” teriak Nanda dari dalam kamarnya. “Enggak, saya enggak akan pulang sebelum ibu jelasin kenapa ibu nangis”.

Lalu Nanda keluar dari kamar, dan mencium bibir Rio. Seketika Rio kaget dan hanya diam menatap mata Nanda. Perasaan yang aneh yang ia rassakan semenjak ia dekat dengan Nanda tiba-tiba sudah pada puncaknya. Sejujurnya kedekatan diantara Nanda dan Rio membuat mereka sama-sama memiliki rasa untuk keduannya.

“Rio maaf, kamu sudah tahu kan kenapa saya menangis tadi. Saya tidak bisa mengucapkannya, tetapi kamu pasti sudah mengertikan dengan pa yang saya lakukan tadi” kata Nanda sambil menundukkan kepala, ia malu dengan perbuatan yang ia lakukan terhadap muridnya tersebut. Sangat tidak pantas seorang guru mencium bibir muridnya sendiri.

“jujur bu, saya juga merasakan yang ibu rasakan. Entah kenapa sebenernya saya sudah tidak pernah berpikir untuk bunuh diri lagi semenjak saya dekat dengan ibu dan yang tadi sebenernya saya Cuma bercanda. Entah layak atau tidak perasaan saya ke ibu, tetapi harus saya akui saya suka sama ibu” Rio mulai mendekatkan dirinya dengan Nanda dan memandang kearah wanita yang usianya 8 tahun diatanya itu.

Saat itu mereka saling menyadari bahwa perasaan mereka sama dan memutuskan untuk tidak pernah berpikir untuk mengakhiri hidup mereka lagi. Walaupun untuk kedepannya akan berat menjalani hubungan mereka, mereka tetap yakin untuk saling menguatkan.

Hingga pada akhirnya Rio lulus SMA, lalu masuk perguruan tinggi. Saat itu Nanda memutuskan untuk menydahi hubungan mereka. Ia tahu hubungan ini sangat sulit untuk dilanjutkan, dan secara diam-diam dia pergi ketempat yang jauh, sangat jauh untuk Rio jangkau dan meninggalkan sepucuk surat untu Rio.

Maafin aku yo, aku harus melakukan hal ini. Mungkin saat kamu baca surat ini, aku sudah pergi kedunia yang lain. Aku enggak bisa jelasin alasan aku yo. Tapi aku mau kamu jangan lakuin seperti yang aku lakuin. Aku mau kamu hidup dan jadi lebi baik lagi. Aku mau kamu cari wanita lain yang lebih pantas untuk kamu. Bukan seperti aku. Aku cinta kamu yo, tapi ini semua enggak bisa terus seperti ini.Aku akan nunggu kamu dikehidupan kedua, biar kita bisa bersatu tanpa adanya hal-hal yang akan memisahkan kita. Semoga kamu bisa memahami aku.Dari Nanda yang selalu sayang sama kamu.




Awalnya Rio hampir mau bunuh diri, sampai dia berpikir bahwa enggak ada gunanya lagi melakukan itu. Ia menganggap Nanda bodoh karena melakukan itu, padahal dia sudah janji untuk enggak melakukan itu.

“BODOH KAMU NAN! BODOH!, AKU ENGGAK AKAN SEBODOH KAMU” teriak Rio sekencang kencangnya saat itu juga. “Kamu akan lihat, hidupku tetap akan bahagia tanpa kamu.

Rio menjalani hidupnya dengan normal kembali, dia berganti-ganti pasangan. Namun pada suatu hari Rio bertemu dengan dokter yang ia kenal. Namanya Dokter Ratih. Dokter Ratih adalah kerabat dekat ibunya. Saat itu Dokter Ratih sedang bermain dirumah Rio untuk bertemu dengan ibu Rio. 

“Rio, dulu kamu di SMA Harapan 1 kan?” tiba-tiba saja dokter Ratih menanyakan hal yang mebuat Rio bingung. “iya dok, kenapa emangnya dok?’’, “enggak, salah satu mantan pasien saya mantan guru disana. Dia terkena penyakit HIV yang diturunkan dari orang tuanya, dan gara-gara itu dia ditinggal sama calon suaminya. Tetapi sekarang sudah meninggal, bunuh diri katanya”. Tiba-tiba saja  kata-kata dokter Ratih membuat Rio sadar kalau itu adalah “NANDA”, tiba-tiba Rio menyebutkan nama itu. “iya yo, benar namanya Nanda, orangnya cantik dan pintar. Tetapi sayang takdir hirupnya begitu miris”.

Akhirnya Rio tahu alasan Nanda bunuh diri, dia tahu kalau tanpa bunuh diripun Nanda pasti akan pergi juga. Rio memutuskan untuk tidak menjalin hubungan dengan wanita manapun. Ia tetap ingin menunggu hingga Tuhan mengambil nyawanya dan mempertemukan Nanda dikehidupan berikutnya.
Entah ada atau tidak kehidupan kedua, tetapi bagi mereka yang dipisahkan dengan kenyataan seperti Rio dan Nanda mungkin mempercayainya sebagi suatu harapan.

Semoga Rio dan Nanda dapat bahagia dikehidupan berikutnya.

0 komentar:

Posting Komentar