Saat kematian menjadi pilihan terakhir untuk mengakhiri segalanya, mungkin itu lebih baik bagi seseorang bernama Rio yang hidup dalam takdir yang menyakitkan. Atau untuk seseorang bernama Nanda yang hidup dalam kekecewaan.
Mungkin semua seperti takdir,
ketika mereka dipertemukan ketika mereka sama-sama ingin mengakhiri hidup
mereka masing-masing. Saat itu Rio yang sudah jenuh dengan rentetan masalah
dalam keluarganya memutuskan untuk terjun dari
atap sekolahnya. Dan diwaktu yang bersamaan Nanda yang ternyata guru
disekolah itu juga ingin mengakhiri hidupnya ditempat yang sama dengan merobek
nadinya dengan silet.
Namun saat Nanda tiba diatap
gedung sekolah, ia menemukan seorang murid laki-laki yang ternyata adalah salah
satu murid dimana ia menjadi wali kelasnya berada diujung atap, saat itu juga
Nanda berteriak untuk menghentikan sang murid yang ternyata adalah Rio.
Menyadari dirinya telah
diperrgoki wali kelasnya , Rio mengurungkan niatnya lalu berjalan menuju Nanda.
“Bu, untuk kali ini saya tidak akan melakukannya, dan ini semua karena ibu”
kata Rio sambil menatap tajam dengan sorotan penuh kebencian kepada Nanda. Namun
seketika Rio kaget saat ia melihat gurunya itu membawa silet yang tajam
ditangannya.
“i.. ibu mau bunuh diri juga? Pasti
ibu kesini bukan karena ibu tahu saya akan lompat dari sini kan? Pasti karena
ibu mau bunuh diri dengan silet itu” kata Rio sambil mendekatkan wajahnya ke
gurunya hingga sang guru harus mengambil langkah kebelakang untuk menghindar
dari tatapan Rio.
“apa yang kamu katakan? Sudah jelas-jelas
kamu yang mau bunuh diri, sekarang kamu malah nuduh ibu yang macam-macam. Silet
ini untuk memotong benang di jaket ibu” bantah Nanda dengan cepat,karena ia
ingin cepat-cepat menghindar dari tatapan muridnya itu.
“Nanda Anggraeni Putri. Usia 25
tahun, lulusan terbaik dengan IP 3,95. Yati piatu, dan dirawat sejak kecil oleh
neneknya. Gagal menikah tahun kemarin karena calon suaminya direbut oleh
sahabatnya sendiri. Jangan tanya bagaimana saya bisa tahu semua itu, ibu sudah
tahu kan bahwa saya murid terpintar disekolah ini, jadi tidak ada yang tidak
saya tahu” kata Rio sambil semakin mendekatkan dirinya dengan wajah Nanda.
“cih... dasar kamu itu sombong,
saya tahu kamu memang pintar, lantas apa hak kamu mengusik masalh pribadi saya?
Tahu apa kamu, jangan terlalu sombong. Kamu pikir saya tidak tahu siapa kamu Mario
Pratama Putra? Saya tahu keluarga kamu itu sudah broken home, ayah kamu punya
istri 3 kan? Dan ibu kamu adalah istri ke tiganya. Selalu dapat tekanan dari
kedua istri sebelumnya, dan kamu selalu dipukuli ayah kamu sejak kecil. Jangan tanya
kenapa saya bisa tahu. Saya ini wali kelas kamu” semua yang Nanda pendam tiba-tiba
meledak saat itu juga, tatapannya menjadi tajam menusuk kearah Rio. Nanda tidak
tahan saat Rio mulai menyebutkan mengenai pernikahannya yang batal dan
penghianatan sahabatnya itu.
Rio tiba-tiba melemah, tatapannya
kosong dan nafasnya seakan terhenti saat itu juga. Bayangan ketika ayahnya memukulinya
dan ibunya memenuhi pikiran Rio, bayangan-bayangan kelam yang menyakitkan. Dan saat
ia tahu bahwa ayahnya hanya memanfaatkan ibunya untuk mendapatkan saham
kakeknya. Saat ia tahu ayahnya begitu kejam seperti monster. Kekayaan yang Rio
miliki tak sebanding dengan kehidupannya yang menyedihkan
Rio tersungkur ddan hanya menatap
kosong kedepan. Nandapun tersungkur lemah, lalu mulai menangis. Saat itu sudah
jam pulang sekolah, hanya ada penjaga sekolah dan mereka disekolah. Lalu rintik
hujan mulai membasahi bumi saat itu, menemani satiap tetes air mata Nanda
ataupun menemani tatapan kosong penuh rasa sakit Rio.
Merekapun memutuskan untuk
menceritakan masalh mereka massing-masing. Mereka sudah tidak bisa saling
menutupi masalah mereka. Semuanya sudah tergambar jelas dari reaksi mereka
tadi.
“Rio, sebaiknya kita pulang
sekarang. Kalau kamu masih mau cerita, kamu bisa menghubungi ibu dinomor ini”
kata Nanda sambil memberikan secarik kartu namanya. “Bu, tolong jaga privasi
saya ini. Jangan sampai ada orang selain ibu yang tahu masalah ini”, “baik,
saya pulang duluan”.
***
Mulai dari hari itu, Rio dan
Nanda sering berbincang-bincang dan bertemu diluar jam sekolah. Mereka menjadi
dekat dan semakin akrab. Mereka sama-sama tahu hidup mereka satu sama lain. Apa
yang dirasakan Rio, nanda mengetahui dengan jelas, begitupun sebaliknya. Hari demi
hari semakin membuat perasaan mereka berubah satu sama lain.
Hingga akhirnya saat Rio bermain
dirumah Nanda untuk sekedar memberi tahu bahwa ia akan mencoba mengakhiri
hidupnya lagi, tak sadar Nanda menangis.
“kenapa nangis? kan ibu sudah
tahu kalau saya memang berniat seperti itu”. Nanda hanya dia lalu masuk kedalam
kamarnya “Rio, sebaiknya kamu pulang saja” teriak Nanda dari dalam kamarnya. “Enggak,
saya enggak akan pulang sebelum ibu jelasin kenapa ibu nangis”.
Lalu Nanda keluar dari kamar, dan
mencium bibir Rio. Seketika Rio kaget dan hanya diam menatap mata Nanda. Perasaan
yang aneh yang ia rassakan semenjak ia dekat dengan Nanda tiba-tiba sudah pada
puncaknya. Sejujurnya kedekatan diantara Nanda dan Rio membuat mereka sama-sama
memiliki rasa untuk keduannya.
“Rio maaf, kamu sudah tahu kan
kenapa saya menangis tadi. Saya tidak bisa mengucapkannya, tetapi kamu pasti
sudah mengertikan dengan pa yang saya lakukan tadi” kata Nanda sambil
menundukkan kepala, ia malu dengan perbuatan yang ia lakukan terhadap muridnya
tersebut. Sangat tidak pantas seorang guru mencium bibir muridnya sendiri.
“jujur bu, saya juga merasakan
yang ibu rasakan. Entah kenapa sebenernya saya sudah tidak pernah berpikir
untuk bunuh diri lagi semenjak saya dekat dengan ibu dan yang tadi sebenernya
saya Cuma bercanda. Entah layak atau tidak perasaan saya ke ibu, tetapi harus
saya akui saya suka sama ibu” Rio mulai mendekatkan dirinya dengan Nanda dan
memandang kearah wanita yang usianya 8 tahun diatanya itu.
Saat itu mereka saling menyadari
bahwa perasaan mereka sama dan memutuskan untuk tidak pernah berpikir untuk mengakhiri
hidup mereka lagi. Walaupun untuk kedepannya akan berat menjalani hubungan
mereka, mereka tetap yakin untuk saling menguatkan.
Hingga pada akhirnya Rio lulus
SMA, lalu masuk perguruan tinggi. Saat itu Nanda memutuskan untuk menydahi
hubungan mereka. Ia tahu hubungan ini sangat sulit untuk dilanjutkan, dan
secara diam-diam dia pergi ketempat yang jauh, sangat jauh untuk Rio jangkau
dan meninggalkan sepucuk surat untu Rio.
Maafin aku yo, aku harus melakukan hal ini. Mungkin saat kamu baca surat ini, aku sudah pergi kedunia yang lain. Aku enggak bisa jelasin alasan aku yo. Tapi aku mau kamu jangan lakuin seperti yang aku lakuin. Aku mau kamu hidup dan jadi lebi baik lagi. Aku mau kamu cari wanita lain yang lebih pantas untuk kamu. Bukan seperti aku. Aku cinta kamu yo, tapi ini semua enggak bisa terus seperti ini.Aku akan nunggu kamu dikehidupan kedua, biar kita bisa bersatu tanpa adanya hal-hal yang akan memisahkan kita. Semoga kamu bisa memahami aku.Dari Nanda yang selalu sayang sama kamu.
Maafin aku yo, aku harus melakukan hal ini. Mungkin saat kamu baca surat ini, aku sudah pergi kedunia yang lain. Aku enggak bisa jelasin alasan aku yo. Tapi aku mau kamu jangan lakuin seperti yang aku lakuin. Aku mau kamu hidup dan jadi lebi baik lagi. Aku mau kamu cari wanita lain yang lebih pantas untuk kamu. Bukan seperti aku. Aku cinta kamu yo, tapi ini semua enggak bisa terus seperti ini.Aku akan nunggu kamu dikehidupan kedua, biar kita bisa bersatu tanpa adanya hal-hal yang akan memisahkan kita. Semoga kamu bisa memahami aku.Dari Nanda yang selalu sayang sama kamu.
Awalnya Rio hampir mau bunuh
diri, sampai dia berpikir bahwa enggak ada gunanya lagi melakukan itu. Ia menganggap
Nanda bodoh karena melakukan itu, padahal dia sudah janji untuk enggak
melakukan itu.
“BODOH KAMU NAN! BODOH!, AKU
ENGGAK AKAN SEBODOH KAMU” teriak Rio sekencang kencangnya saat itu juga. “Kamu
akan lihat, hidupku tetap akan bahagia tanpa kamu.
Rio menjalani hidupnya dengan
normal kembali, dia berganti-ganti pasangan. Namun pada suatu hari Rio bertemu
dengan dokter yang ia kenal. Namanya Dokter Ratih. Dokter Ratih adalah kerabat
dekat ibunya. Saat itu Dokter Ratih sedang bermain dirumah Rio untuk bertemu
dengan ibu Rio.
“Rio, dulu kamu di SMA Harapan 1
kan?” tiba-tiba saja dokter Ratih menanyakan hal yang mebuat Rio bingung. “iya
dok, kenapa emangnya dok?’’, “enggak, salah satu mantan pasien saya mantan guru
disana. Dia terkena penyakit HIV yang diturunkan dari orang tuanya, dan
gara-gara itu dia ditinggal sama calon suaminya. Tetapi sekarang sudah
meninggal, bunuh diri katanya”. Tiba-tiba saja kata-kata dokter Ratih membuat Rio sadar kalau
itu adalah “NANDA”, tiba-tiba Rio menyebutkan nama itu. “iya yo, benar namanya
Nanda, orangnya cantik dan pintar. Tetapi sayang takdir hirupnya begitu miris”.
Akhirnya Rio tahu alasan Nanda
bunuh diri, dia tahu kalau tanpa bunuh diripun Nanda pasti akan pergi juga. Rio
memutuskan untuk tidak menjalin hubungan dengan wanita manapun. Ia tetap ingin
menunggu hingga Tuhan mengambil nyawanya dan mempertemukan Nanda dikehidupan
berikutnya.
Entah ada atau tidak kehidupan
kedua, tetapi bagi mereka yang dipisahkan dengan kenyataan seperti Rio dan
Nanda mungkin mempercayainya sebagi suatu harapan.
Semoga Rio dan Nanda dapat
bahagia dikehidupan berikutnya.
0 komentar:
Posting Komentar