CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Kamis, 15 November 2012

Malam Itu



Hai, namaku Tisya. Ini adalah sepenggal kisahku untuk kalian. Semoga kalian merasa terhibur dengan kisah ini. Kisah ini berawal dari hari kamis malam pukul 21.30 malam, saat itu aku baru sampai dirumahku dikawasan Bintaro. Malam itu sangat gelap dan dingin, aku sebenarnya pulang sekolah dari jam 16.00. Namun aku males sekali pulang kerumah, karena kedua orangtuakupun pasti pulang larut malam. Sampai dirumah, tetap saja yang aku temui hanya kekosongan dan kesunyian dirumahku yang lumayan cukup besar ini.

Tiba-tiba Nando meneleponku. Nando adalah teman baikku, bisa dibilang satu-satunya teman yang kumiliki. “ada apa nan? Gue baru juga sampai rumah” sahut gue. “Sya.. sya tolong gue” terdengar suara Nando dari balik telepon terdengar bergetar dan ketakutan, lantas membuatku panik saat itu. “tolong apa nan? Lo kenapa? Kenapa suara lo kayak orang ketakutan begini sih?” jawab gue dengan nada yang sama ketakutannya. “ce.. ceritanya panjang sya.. gue sekarang ada digudang sekolah, buruan kesini tolongin gue sya”. “oke, gue kesana sekarang, tetap disitu ya”.

Tanpa pikir panjang, aku buru-buru menaikki mobil dan bergegas menuju sekolah. Entah apa yang sedang terjadi dengan Nando, dia memang banyak tidak disukai oleh murid-murid disekolah kami. Alasannya karena dia adalah anak dari kepala sekolah SMA kami, murid-murid disekolah kami membencinya karena kelakuan ayahnya yang sering digosipkan melakukan korupsi uang sumbangan orangtua murid. Aku tidak membenci Nando, karena di adalah sahabatku dari SD. Saat kelas 1 SMA dia pernah dikunci digudang oleh kakak kelas, lalu meminta bantuanku. Sering sekali ia dijahili dan aku yang menolongnya. Walaupun dijahili dia tidak pernah melaporkan hal itu kepada ayahnya, ia takut hal itu hanya memperburuk keadaan.

Aku semakin kawatir saat melihat jam menunjukan pukul sepuluh malam. Apalagi mengingat kata-kata Nando dia ada digudang, sekolah pasti gelap sekali dan pasti menakutkan. Nando paling takut dengan hal-hal berbau mistis. Apalagi setahuku disekolahku entah kenapa setiap setahun sekali pasti ada murid perempuan yang meninggal disekolah. Entah bunuh diri, karena penyakit atau karena hal lainnya, banyak yang bilang sekolah kami melakukan tumbal agar banyak siswa yang masuk kesekolah kami. Tetapi itu hanya gosip, benar atau tidaknya siapa yang tahu. Jujur saja aku bukanlah orang yang percaya dengan hal seperti itu. Aku hanya takut kalau Nando bertem mmm... mungkin para penunggu disekolah.


Mobilku telah tiba didepang gerbang sekolah, namun gerbang terkunci. Aku harus mencari penjaga sekolah yang rumahnya dibelakang sekolah untuk meminta kunci gerbang dan gudang sekolah. Untuk menuju ke rumah Mang Ujang penjaga sekolah kami, harus berjalan kebelakang sekolah yang melewati jalanan setapak yang licin dan sedikit menyeramkan. Akupun memberanikan diriku untuk kesana, ini semua demi Nando.
Ternyata jalanan menuju rumah Mang Ujang lebih seram dari yang kuduga. Jalanan ini sempit, sehingga tidak dapat dilalui kendaraan selain sepeda. Jadi aku harus berrjalan kaki menuju rumah Mang Ujang. Dikanan kiri banyak pohon bambu yang rindang dan menyeramkan. Untung saja aku jalannya cepat, jadi lebih cepat sampai kerumah Mang Ujang.

“Mang, Mang Ujang.. Permisi” kataku setengah berteriak sambil mengetok pintu rumah Mang Ujang. Lalu keluarlah sosok Mang Ujang dari balik pintu dengan kaos tipis lusuhnya dan celana yang tidak kalah lusuh. Jujur saja aku sebenarnya takut dengan Mang Ujang, karena wajahnya yang tua dan menyeramkan itu seperti pembunuh-pembunuh berdarah dingin difilm-film horor yang sering aku tonton.”naon neng? Malam-malam begini kerumah saya” sahut Mang Ujang dengan wajah datar dan suara paraunya yang membuat bulu kudukku merinding. “i.. i.. itu mang, teman saya kayaknya ada yang kekunci digudang sekolah”. “jadi kamu mau minta kuci gerbang dan gudang sama saya?”. “iyalah mang, saya kan mau nolongin teman saya mang”. “yasudah, ini kuncinya” kata Mang Ujang sambil menyodorkan srentetan kunci kepadaku. “Mang, anterinlah. Masa saya sendirian sih, kalau ada apa-apa gimana”. “ohh.. jadi kamu takut? Ya saya temani deh. Lagian enggak ada apa-apa. Kalau ada apa-apa, mungkin kamu yang jadi apa-apanya” kata Mang Ujang dengan datarnya lalu mulai berjalan didepanku. Jujur saja aku sedikit bingung dengan kaliamat terakhir yang diucapkan Mang Ujang, tetapi aku tak punya banyak waktu untuk memikirkan hal itu.

Sesampainya didepan sekolah, Mang Ujang langsung mebukakan gerbang lalu berjalan menuju gudang dan membukakan pintu gudang. “nah, sekarang mana teman kamu?”. “oh iya, sebentar mang, saya telepon dulu”. Saking paniknya, aku sampai lupa menelepon Nando. Saat aku hendak menelepon Nando, tiba-tiba ada yang membekap mulutku dari belakang, aku melihat raut Mang Ujang ya berubah, dia tidak menolongku tetapi hanya tersenyum sinis dan memandangiku.

Aku tak sadarkan diri, semuanya gelap, aku pingsan untuk sesaat. Dan saat aku bangun semuanya gelap, tidak ada yang bisa terlihat. Lalu tiba-tiba aku mendengar suara-suara parau minta tolong. Suara itu banyak sekali, suara wanita semua dan semuanya berteriak minta tolong. Aku takut, aku tahu ini pasti suara-suara hantu atau suara-suara orang yang sedang disekap denganku. Aku ketakutan, tiba-tiba aku terpikir Nando, apakah Nando yang ikut dalam hal penyekapanku ini? Atau Nando juga korban? Lalu dimana dia? Dan Mang Ujang, dia sudah pasti terlibat, tetapi kenapa? Ada apa sebenarnya?

Tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka, dan lampu dinyalakan. Saat aku melihat saat sudah terang, ternyata aku berada digudang dan yang berada didepan pintu adalah NANDO!!!. Kenapa dia bisa berada dalam keadaan baik-baik saja? “NANDO! Lo.. jangan bilang elo enggak kenapa-kenapa? Lo jebak gue?” tanyaku dengan nada setengah berteriak. Aku baru sadar bahwa kedua tangan dan kakiku diikat, sangat sulit untukku bergerak. “Sya, ceritanya panjang. Maaf gue enggak bermaksud untuk bohongin lo, ta.. tap”. “Tapi apa? Hah? Lo mau bunuh gue gitu?. “bukan gue, tapi orang lain. Ini semua demi tumbal agar sekolah ini bisa dapat murid yang banyak. Lo pasti udah pernah dengar gosip ini kan? Gosip ini benar dan gue juga baru tahu. Tumbalnya adalah gadis yang masih muda dan cantik kayak lo. Lo akan ditumbalin sya malam ini”. Tiba-tiba saja jantungku berpacu dengan kencang, ini semua pasti Cuma mimpi untukku. Kenapa Nando tega ? dia sahabatkukan?

“Nando, beri dia makan sekarang. Ayah tidak mau, tumbal kita untuk Mbah kelaparan” tiba-tiba suara seorang pria, yang ternyata ayah Nando membuat bulu kudukku makin merinding. Ternyata memang benar sekolah ini selalu memberikan tumbal setiap tahunnya. “TIDAK! SAYA TIDAK MAU MAKAN!” teriakku sekencang-kencangnya. “oh, begitu nona manis? Kalau begitu yasudahlah apa boleh buat. Cepat kunci pintunya Nando, awas kamu membantu dia. Maka adikmulah yang akan menggantikannya”. Nando dan ayahnyapun meninggalkanku digudang dengan pintu gudang terkunci. Walaupun lampunya sudah tidak dimatikan lagi, tetap saja aku takut. Takut kalau-kalau para arwah perempuan-perempuan yang pernah menjadi tumbal bergentayangan digudang ini.

Benar saja dugaanku, tiba-tiba muncul sesosok wanita muda mengenakan seragam sekolahku, namun wajahnya pucat dan rambutnya yang tergerai panajang nampak kusut. Ada bercak-bercak darah diseragam putihnya yang sudah terlihat sangat lusuh. Aku sangat ketakutan, jantungku serasa berhenti berdetak, bdanku tidak bisa digerakkan, dan bola mataku hanya dapat terarah kewajahnya. Tidak menakutkan namun cukup membuatku merinding. Lalu tiba-tiba dia berrbicara kepadaku, “kau akan sama sepertiku. Mati dengan tidak wajar lalu bergentayangan digudang ini. Kau lihat peti kecil dipojok sana?” katanya sambil menunjuk sebuah peti kecil yang terletak dipojok gudang yang cukup sempit ini. Aku hanya menengok kearah peti itu lalu didalam peti itu terdengar teriakkan-teriakkan minta tolong yang aku dengar tadi.

"Mereka semua seperti aku dan kau, korban dari hal keji ini. tetapi kau masih bisa menghindar dari ini. asal kau tahu, tidak ada satupun dari kami yang arwahnya tenang dan sampai kealam kami. karena roh kami tertahan dipeti itu, dan yang membawa kuncinya adalah ayah dari temanmu itu" kata sosok itu padaku, ternyata memang benar seperti ini kenyataanya. Lalu aku harus bagaimana? aku tidak ingin menjadi seperti sosok itu dan korban lainnya. "a..a..aku harus bagaimana? aku tak tahu apa yang harus aku lakukan?". "Bila ada kesempatan ketika pintu dibuka, larilah keruang kepala sekolah, cari kunci yang ada gantungan merahnya lalu kembali kemari dan buka peti itu. Maka kekuatan sidukun sialan yang akan menumbalkanmu akan hilang dan kami akan bebas dan membantumu keluar dari tempat ini".

Akupun menunggu samapi ada yang membuka pintu gudang ini. Benar saja, 30 menit berselang ada yang datang dan itu adalah Nando. "sya... sekrang adalah waktumu untuk ditumbalkan. Maafkan aku, aku hanya ingin melindungi adikku". Sejenak aku berpikir bahwa Nando pasti tidak ingin melakukan ini, ia hanya terpaksa karena ingin menyelamatkan adiknya. 

apa yang aku pikirkan? harusnya sekarang aku buru-buru lari dan menerobos Nando. Ta..tapi bagaimana? aku... aku tidak bisa. Tidak.. aku pasti bisa.

Tanpa pikir panjang aku langsung mngambil kayu yang ada didepanku, lalu memukul kepala Nando dengan sekeras-kerasnya yang aku bisa. Dan lari secepat mungkin, saat aku sampai didepan ruang Kepala Sekolah disana ada ayah Nando dan dukun sialan itu. Aku harus berusaha untuk tenang, dan ketika mereka meninggalkan ruangan itu, aku langsung masuk dan mencari kunci tersebut. Tak lama sosok wanita tadi muncul lagi namun ia hanya menunjuk kepojok ruangan dan ada sebuah kunci bergantungan merah yang tergantung disana. Aku hanay tersenyum tanda terimakasihku padanya, lalu mengambilnya.

Saat aku ingin kembali kegudang tersebut, dan membuka peti itu. Tiba-tiba Nando sudah berdirididepanku dengan kepala yang berdarah-darah. "sya... jangan kabur, kalau enggak adik gue yang bakal gantiin lu" lalu dia berusaha menangkapku, namun aku berhasil kabur. Setelah itu aku sampai didepan gudang, lalu aku membuka peti itu. Semuanya tiba-tiba gelap, aku hanya mendengar suara-suara tidak jelas. 

"sudah bangun?" sosok itu muncul lagi dan berbicara padaku. "aku ada dimana?" tanyaku, karena disana semuanya terlihat sama saja. aku berada dalam gudang itu lagi. "kau telah sama sepertiku, saat kau membukakan peti itu, kau tak sadar bahwa dukun itu ada dibelakangmu lalu menukmu dengan keris pusakanya itu, dan arwahmu juga aku dan yang lainnya dimasukkan dalam peti itu".

Ya... aku telah menjadi korban dari kekejian mereka. Sekarang aku adalh bagian dari kisah mengerikan dibalik sekolah ini. Aku elum tenang... mungkin kamu bisa menemaniku???? mungkin aku ada disekolahmu dan didekatmu.


















0 komentar:

Posting Komentar